Kamis, 17 Oktober 2013

Tak Lagi Cerah

Tak Lagi Cerah
TAK LAGI CERAH

Aku duduk termenung di bawah rerimbun pohon. Memerhatikan langit jingga perlahan dibungkus awan hitam. Rerintik hujan tampaknya siap menghantam bumi. Aku masih terdiam dalam dekapan angin gila.

Kulihat matahari tak lagi mengintip dari balik pohon tua yang menghadap ke arahku. Gugusan awan hitam benar telah menutupinya.

Langit telah mendung, ditinggalkan pesona yang sepanjang hari menyelimuti. Apalagi hatiku, tak lagi cerah. Sejak kepergian dirinya yang membekas luka. Menggores penuh di setiap sayatannya pada hatiku.

Aku menunduk pilu. Meremas segala kepedihan yang menancap dahulu. Tetiba, langit berubah liar. Menjerit-jerit. Cahaya yang berkelebat terukir ganas. Perlahan, titik-titik air mulai berjatuhan satu-satu, puluhan-puluhan, deras sekali.

Hatiku ikut liar. Terasa ingin menjerit, berteriak, memekikkan segala emosi yang membuncah. Aku bukan untuknya. Dia bukan untukku. Air mata akhirnya ikut menderas mengikuti derasnya hujan. Bangun! Sadar! Dia telah pergi, dengan kekasih barunya.

wtp, 17102013


Related Story for Puisi Liris

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah menyempatkan diri untuk membaca artikel di atas. Sekarang waktunya untuk memberikan komentar, saran, kritik atau masukan demi karya yang lebih baik lagi. Buat kalian yang tidak memiliki akun google, bisa diganti dengan NAME/URL