Senin, 04 November 2013

Surat Kepada Ayah dan Bunda

Watampone, 17 September 2013
Pukul 21.00 WITA

Kepada 
Yang tercinta
Ayah dan Bunda

Apa kabar mama dan papa? Semoga setiap napas tetap tercipta dengan baik dan aliran darah terus mengalir sealiran dengan aliran darahmu yang bercampur di aliran darahku.

Anakmu kini sudah besar. Beberapa bulan yang lalu telah mencapai umur 19 tahun.  Wah, sudah dewasa, Mak dan Pak? Aku masih ingat ketika masih kecil, aku bandel banget. Kadang emosi kalian membuncah setiap kebandelanku pun ikut naik drastis. Tapi, kalian tak pernah marah padaku, meskipun sebenarnya kalian marah namun tak sedikitpun ungkapan marah itu diumbar.

Aku sungguh malu jika harus mengingat hal itu. Sungguh tak punya hati ketika aku menjadi anak super bandel saat itu. Seorang anak yang tak pernah mengerti perasaan orang tuanya. Anak yang selalu mementingkan diri sendiri. Rasa ego itu terus tercipta di kala semua tak sesuai dengan keinginan hati. Bahkan, kadang aku merajuk tak mau makan, tak mau ini, tak mau itu. Apakah ini efek anak bontot? Tapi, saat aku merajuk tak karuan seperti itu, kalian lantas tak mengabaikan tingkahku. Malah kalian berjuang agar aku tak merajuk lagi.

Namun, kala umur telah bertambah, semakin dewasanya usiaku semakin aku paham tentang arti-arti dari yang telah kalian lakukan padaku. Aku yakin bahwa semua itu kalian lakukan hanya untuk aku, untuk kebaikanku. Kalian tak pernah mengharapkan balasan cinta atas cinta yang kalian pautkan padaku. Sesuatu yang penting bagi kalian adalah mampu menjadikan anak-anak kalian sebagai anak-anak yang hebat, taat, dan kuat.

Tahukah, Mak, Pak? Hari ini aku sudah menginjak perguruan tinggi, beberapa tahun lagi toga akan kukenakan dengan bangganya dan memperlihatkan pada kalian bahwa anak bandel ini telah sukses meraih pendidikannya. Aku sungguh tahu bahwa ini akan sangat membuat kalian kewalahan, mengingat ekonomi kita masih begitu lemah dan harus menampung aku dengan jutaan uang untuk menyukseskan pendidikan. Namun, aku akan sangat berjuang keras untuk membuat ekonomi keluarga kita lebih sejahtera karena satu cintaku dan hanya untuk kalian.

Mak, Pak, kini aku mau minta maaf pada kalian. Aku tahu bahwa dari 19 tahun kita bersama, aku sering mengorek pedih untuk kalian. Membuat kalian memendam sedih meski aku tak pernah melihat kalian menangis karenaku. Aku pun tahu bahwa sebagian besar hidupku kuhabiskan hanya untuk mengeluh pada kalian, merajuk, meminta, memohon dan tak habis-habisnya membuat kalian pusing dan terluka. Jika kalian harus tahu bahwa kalian adalah kekasihku, di hatiku ada kalian dan aku yakin pula di hati kalian ada aku.

Mak, Pak, kalian adalah segalanya bagiku. Ya, ini memang terlihat cengeng jika harus berucap kata-kata mengenai kalian. Tapi, dari kata-kata yang kurangkaikan pada kalian tak ubahnya hanya sekadar untaian kasih tuk buat kalian tahu bahwa aku sangat mencintai kalian karena sebenarnya rasa cinta dan pengorbanan kalian tak mampu terbalas dengan apapun yang telah aku lakukan, meskipun itu merajut jutaan benang untuk merangkai sebuah kata cinta untuk kalian.

Atas cinta yang telah kalian berikan padaku. Aku sungguh ingin ucapkan terima kasih karena cinta kalian adalah cinta abadi.

Salam kasih dan tercinta,

Anak kalian,
JUSTANG


Related Story for Surat

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah menyempatkan diri untuk membaca artikel di atas. Sekarang waktunya untuk memberikan komentar, saran, kritik atau masukan demi karya yang lebih baik lagi. Buat kalian yang tidak memiliki akun google, bisa diganti dengan NAME/URL