Senin, 03 Maret 2014

Masakan Penggoda

Masakan Penggoda
Oleh: Justang Zealotous

Mata Aliche terbuka lebar-lebar. Pandangannya sangat tajam menukik. Ia sangat marah saat mendengar orang tuanya ingin berangkat ke Italia sore nanti tanpa dirinya.

"Ma, Pa, kalian tidak sayang Aliche lagi," rajuknya.

"Bukan begitu, Nak!" Mamanya berusaha menenangkan, ia mengusap rambut Aliche yang tergerai panjang sebahu.

"Lepaskan!" Aliche mengempaskan tangan mamanya dan berlari dengan air mata yang mengalir bercucuran.

"Nak..!" pekik mamanya, suaranya menggema lembut dan perlahan habis diterbangkan angin, ia mencoba untuk mengejarnya tapi sang papa menahan dengan menarik tangannya.

***

“Nak, buka pintunya!” Mama Aliche terus menggedor pintu tapi tak sedikitpun respon dari Aliche. “Pak, bagaimana ini?”

“Sabar sayang, ini tak akan bertahan lama seperti tahun kemarin saat kita ingin berangkat ke Jepang. Masakan dengan saus teriyaki itu bisa mereda emosinya,” Mata Papa Aliche mengerling seperti tahu apa yang harus dilakukannya.

Mama Aliche membalas pandangan itu, senyumnya terurai di bibirnya yang merah. Langsung menyatu dalam pikirannya yang mendadak cemerlang.

***

Langkah kaki yang menjemukan terdengar menuju ke kamar Aliche, langkah kaki itu kian semangat seiring telapak kaki mulai menapaki semeter dari pintu kamar Aliche. Dua tangan Mama Aliche membawa sepiring masakan yang aromanya tercium hingga menusuk hidung.

“Hmhm, aku harap dia merasakan sejuta kelezatan dari buatan mama ini. Sebuah spageti yang akan meluluhkan perasaan dinginnya, mi berbentuk lidi dengan campuran saus teriyaki.” Pandangan manja papa langsung tertuju pada sang mama.

Tepat sekali! Terdengar langkah kaki dari kamar Aliche yang begitu terburu-buru menuju pintu. Gagang pintu mulai bergerak perlahan. Mama dan Papa Aliche tersenyum bahagia.

“Rencana kita berhasil, Pak. Ternyata aroma masakan ini berhasil mengundangnya tak lagi merajut.” Senyum Mama Aliche kian merekah lebar.

Sejurus kemudian, Aliche akhirnya menampakkan mukanya, masih dalam tatapan yang lesu, mengambek dan dengan sedikit kerutan di kening halusnya. Tangannya sangat sibuk menggerutu ke perut. Kakinya dilipat-lipat seperti menahan buang air kecil.

Dengan terburu-buru, Aliche berlari dan tanpa sengaja menabrak ibunya. Menjatuhkan sepiring masakan yang dibawanya dari tadi. Masakan itu berserakan di lantai, piringnya pecah berantakan.

Mama dan papa Aliche terkejut. Wajahnya memerah. Dia tak percaya buatan yang langsung dari hati itu kini tak berbentuk lagi. Aliche tampak bersalah.

“Ma, Pa, maafin aku. Aku hanya terburu-buru ingin ke kamar kecil.” Suara Aliche terdengar lirih.

“Tak apa, Nak. Ini adalah sebuah cinta yang datang dari kami. Masakan ini bukanlah apa-apa. Meski kini terlihat berantakan tapi cinta mama dan papa akan selalu satu untuk kamu, Nak. Jangan merajut lagi!” kata Mama Aliche.

Aliche tersenyum, dilanjutkan dengan tawa kecil. Mama dan Papa Aliche heran.

“Ah, Mama dan Papa. Seperti tahun kemarin, katanya teriyaki tapi malah gado-gado. Ini lagi, spageti tapi tetap berbentuk gado-gado. Ada banyak sayuran yang dicampur dengan mi dan saus teriyaki,” ucap Aliche manja.

“Tahu kan, Nak? Mama tak terlalu paham masak masakan luar, meski sudah sering ke luar negeri tapi masakan Indonesia tetap nikmat,” kata Mama Aliche bangga.

“Cinta Indonesia tapi sering sekali ke luar negeri.” Aliche menatap sinis mamanya. Alis matanya sedikit terangkat.


“Bisnis, Nak. Namanya juga kerjaan.”


Related Story for Fiksi ,Flash Fiction

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah menyempatkan diri untuk membaca artikel di atas. Sekarang waktunya untuk memberikan komentar, saran, kritik atau masukan demi karya yang lebih baik lagi. Buat kalian yang tidak memiliki akun google, bisa diganti dengan NAME/URL