Senin, 23 Februari 2015

Lelaki untuk Wanita Pendiam

Lelaki untuk Wanita Pendiam
Oleh: Justang Zealotous

LELAKI itu terus mematut diri di depan cermin. Dirapikan rambutnya dan dikenakan baju terbaiknya. Ia ingin penampilan sesempurna mungkin, saat menghadap ke bapak ibu wanita yang telah lama ia sanjung.

Wanita pendiam, juga pemalu yang ia kenal melalui teman sekosnya. Wanita yang jarang bersentuhan dengan lelaki bukan muhrim karena sangat menjaga kehormatan. Itulah yang ia suka dari calon wanitanya itu. Pun, setelah beristikharah padaNya.

“Apa yang kaubawa untuk anakku? Harta? Tahta? Atau hanya cinta?” Pertanyaan calon mertuanya yang membuat hampir tercekat.

“Aku tidak membawa apapun. Sementara cinta telah kusematkan lama padanya. Aku hanya datang untuk mengikat hati kami berdua, di bahtera pernikahan.”

“Tidak takutkah terombang-ambing jika tanpa harta?”

Jika aku dan dia telah bersatu dalam kesucian batin. Lautan luas pun kami seberangi, walau hanya dengan rakit.”

“Mustahil!” Mata Ayah wanita itu melotot.

“Tidak ada yang mustahil jika Tuhan berkehendak. Aku telah bertanya padaNya dan Dia membawaku ke sini.”

“Sungguh berani dirimu, bocah. Pinanglah anakku, jika kau memang bisa menanggung yang di dalam perut buncitnya.”

Lelaki itu telah bertanya padaNya dan Dia membawanya ke rumah wanita itu. “Baiklah. Tuhan tahu apa yang aku tak tahu. Aku akan menanggungnya, seakan ia darah yang mengalir dalam ragaku.”


Watampone, 15 Januari 2015
Justang Zealotous


Related Story for Flash Fiction ,Religi

Comments
1 Comments

1 komentar:

Terima Kasih telah menyempatkan diri untuk membaca artikel di atas. Sekarang waktunya untuk memberikan komentar, saran, kritik atau masukan demi karya yang lebih baik lagi. Buat kalian yang tidak memiliki akun google, bisa diganti dengan NAME/URL